Senin, 18 Juli 2011

Puasa


Pada dasarnya kehidupan di dunia ini hanya ada dua tipe, menikmati dan menghendaki. Menikmati hidup tidak terlepas dari level kemampuan manusia untuk bersyukur kepada Allah atas hidupnya. Makna dari menikmati hidup adalah merasakan, manghayati, meresapi dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah di dunia ini. Berbeda dengan menghendaki, sikap dan perilaku yang menjadi kiblat dari kebanyakan manusia zaman modern sekarang ini. Makna dari menghendaki adalah sikap, perilaku dan tabiat selalu menginginkan suatu objek yang diluar batasan hakekat manusia, hal tersebut merupakan simbol dari kerakusan dan ketamakan manusia sebagai subjek putaran kehidupan.
Manusia yang dirindukan Allah adalah manusia yang menikmati. Metode menikmati yang diberikan Allah adalah puasa. Sehingga konsep puasa adalah sebuah metode, bukan hasil akhir dari keimanan.
Puasa tidak hanya sekedar menahan nafsu, lapar dan dahaga. Puasa memiliki artian yang lebih luas daripada itu. Makna ataupun dialektika dari puasa ada dua tipe, melakukan yang tidak disukai dan tidak melakukan apa yang disukai. Jika dilihat dari pemaknaan puasa tersebut, dapat timbul suatu statement, bahwa pada dasarnya puasa di bulan Ramadhan adalah bentuk latihan berpuasa, dan 11 bulan berikutnya adalah puasa yang sebenarnya.
Ketika ada seseorang berkata,”Aku rindu puasa dan aku akan bersedih setelah selesai bulan Ramadhan.” Benarkah demikian suara hati orang tersebut. Hanya Allah yang mengetahui.
Berani untuk hidup tidak enak merupakan implementasi puasa. Sejujurnya puasa itu memang tidak enak dan tidak menyenangkan. Tetapi umat muslim berani melakukan, mengerjakan dan mejalankan puasa dengan syariat-syariat puasa. Semata-mata hanya karena ridho Allah dan berkah Allah. Umat muslim yang pemberani yang akan menjadi kesatria di hadapan Allah.
Tidak hanya manusia yang berpuasa, tetapi Allah-pun berpuasa. Bagaimana bisa ? Allah kok berpuasa ! Allah yang menciptakan dunia seisinya, Allah Maha Agung, Ar-Rahman Ar-Rahim. Untuk apa Allah berpuasa? Jika melihat dengan detail kehidupan dunia di zaman modern ini, bagaimana variatifnya perilaku manusia di seluruh dunia? Betapa besar sekali, dahsyat sekali azab yang pantas akan diberikan Allah kepada seluruh umatnya. Tetapi Allah berpuasa akan hal itu. Allah tidak akan memonopoli umatnya. Allah maha pengasih lagi maha penyayang.
Sedikit berkomentar untuk para calon pemimpin mendatang, khususnya di Indonesia. Sebagai seorang calon pemimpin hendaknya harus berani berpuasa, berpuasa untuk berani tidak menonjolkan diri, berpuasa dari arus demokrasi yang dibelokkan, berpuasa sebagai subjek yang menikmati. Karena hakekat pemimpin adalah utusan yang dipercaya rakyat. Calon pemimpin tidak perlu berorasi dan mengeluarkan celoteh yang akan membakar menghanguskan rakyat dan dirinya sendiri. Rakyat akan menaruh kepercayaan dengan cara Rakyat tidak akan bertanya dan mempertanyakan, karena rakyat sudah percaya. Tidak perlu ada pertanyaan dari masyarakat. Baik masyarakat akademi, masyarakat media massa maupun mayarakat pada umumnya.

Rabu, 13 Juli 2011

HATI MATAHARI

Lirik  : Emha Ainun Najib
Lagu : A. Untung Basuki

Aku tangisi
Hati matahari
Yang disakiti
Cahaya cintanya
Menaburi bumi
Ada yang menghalangi

Gerhana rembulan
Dan gerhana bumi
Berlomba menutupi
Berkahnya Tuhan
Hamparan rejeki
Jadi tak sampai

Tuhan hakiki
Kaulah matahari
Penerang gelapnya
Hidup kami
Kiriman kasih sayangmu
Ada yang meracuni

Tak bisa t’rus begini
Sejenak saja lagi
Zaman kan terkesima
Berganti
Cahaya
Cahaya
Cahaya